Belum selesai

Ini sebuah cerita didalam kejauhan diradius dekat, meskipun latarnya tak tentu tapi ada sebuah hal yang membuat ini tentu dan pasti.

Ini dia...

Siapa yang peduli dengan suhu disiang hari di negara tropis? Yang ada hanyalah panas dan dingin, adapun kriterianya hanya meliputi panas saja, sangat panas, dan panas sekali,  dan dingin juga tak jauh berbeda. Kalau kata orang sebelas dua belas, mereka seperti sebelas koma sembilan puluh delapan dua belas. Tahun pelajaran baru yang sedikit mengganggu, adalah pelajaran olah raga dijam sebelas sampai jam setengah satu.

"Plakkk!!"

Sipemegang glove was was, untung saja dia bukan penderita latah. Tongkat besi itu dijatuhkan begitu saja untuk ditinggal lari, sang catcher kesana kemari ingin mendapatkan bola. Semua instrumen itu membelah siang. Tak peduli seberapa terik bintang besar itu membakar mereka. softball adalah salah satu yang menyenangkan.

Aku bukan kehilangan kendali, tapi seluruh peluh itu juga keluar seiring pukulanku pada bola kecil yang tak tau apa-apa. Semua anak dapat gilirannya, aku hampir membakar semua kaloriku sampai bola itu tertangkap. Aku belum belum berhasil, aku belum mengunci tempat pijakannya, masih setengah jalan menuju plate kedua.
Seperti jam kerja yang punya sip, giliranku habis.

Kelas olahraga adalah semua area dilapangan, kecuali langsung UKS. Sebagai manusia yang punya suhu badan normal aku mencari tempat duduk dipinggir-pinggir lapangan, aku rebahkan kedua kakiku, sambil sedikit-sedikit melonggarkan baju, merasakan keringat-keringat yang mengalir.

Lalu seakan semuanya memuai, dahaga, nafas, dan semua kelembapan kulitku. Aku seperti terbagi-bagi merasakan bagian-bagian itu satu persatu. Duniaku teralih, bukan. Tapi mengalihkan diri begitu saja, volume-volume tubuhku memalingkan bagiannya sendiri.

Komentar

Postingan Populer