Seutas raga yang ingin menari bebas
Sebuah hal yang awalnya tak dimaksud. Lidah ingin menghindari bilang i namun putarannya menjadi e. Tak diinginkan, tak ingin dilakukan, namun dilakukan. Itulah salah satu hal tentang pelampiasan.
Tak ada yang baik untuk pelampiasan, meletihkan diri, terus bertanya-tanya memaksa "mengapa?" atau hal lain tak kalah dari itu. Terus saja menuruti kata emosi, membiarkan diri melambai letih pada suatu tumpuan emosional maksimal.
Memang dari banyak sisi, pelampiasan adalah obat yang hanya dimengerti oleh diri sendiri, hanya saja itulah bagian tersulitnya.
Mampukah diri kalian menentukan pelampiasan apa yang kalian lakukan. Apa itu penahanan untuk mati atau penahanan untuk bebas dan tanpa beban.
Hujan tak akan datang tanpa awan sebelumnya, kita hanya harus membawa payung. Jika payung kita harus rusak ditengah jalan, kita hanya tinggal menetukan.
Menentukan disaat kepala kita sudah setengah basah. Bisakah kita memaksakan payung kita atau pulang dengan menikmati rintik hujan dan berterimakasih padanya.
Saat raga sudah sangat lelah dan sangat takut untuk membuka mata, kita harus yakin bahwa kekuatan sebagian hati dan raga yang ingin tersenyum juga tak kalah dengan sebagian hati dan raga yang mulai ingin lepas. Dan saat kita sudah menentukan untuk tersenyum disanalah terpancar keagungan Tuhan bahwa Ia benar-benar tidak pernah pergi dari kita. Kita hanya perlu memilih jalan tercepat menuju pancaran-pancaranNya.
Komentar
Posting Komentar