Seperti Penyair yang Gagal
Beberapa tembok masih dapat berkomunikasi dengan pohon-pohon cemara, suasananya masih menyenangkan. Dan juga cuacanya yang juga sangat menyenangkan. Sepertinya aku tak ingin bergerak kemanapun.
Atau saat aku mencoba berpindah masih sangat sulit untuk tak berpaling kebelakang. Dalam hati kecilku di sisi yang lain, aku bergumam. "Bukankah ini gunanya kenangan?".
Atau saat aku mencoba berpindah masih sangat sulit untuk tak berpaling kebelakang. Dalam hati kecilku di sisi yang lain, aku bergumam. "Bukankah ini gunanya kenangan?".
Disini air mengalir pada jalurnya, setiap detik mereka menciptakan irama dan ritmenya semakin stabil setiap kali angin menggerakkan dedaunan liar di tepi-tepi jalan. Dengan pohon cemara. Mereka bahkan tampaknya sangat ramah pada semua hal yang datang. Mereka benar-benar benda tegar dan tahan banting, karena mereka selalu tersenyum kepadaku dalam kondisi apapun, menurutku mereka luar biasa.
Dan setelah aku tak berpijak lagi di bumi yang menyediakan alas ternyaman itu, aku hanya mencoba mengindahkan hal-hal fantasi yang akan menjadi kenyataan tanpa benar-benar tak peduli seperti seorang penyair yang gagal. Lalu di sisi lain diantara banyak sisi dalam hati kecilku aku bergumam, "aku benar-benar sangat rindu dengan suasana berritme yang menyenangkan itu. Sungguh".
Komentar
Posting Komentar